Banyak Kendala

Banyak Kendala

\"\"Kesalahan sebagai sekolah yang sesungguhnya. Dari situ banyak perbaikan bisa dilakukan, setelah belajar dari kealpaan. Begitupun mestinya uji coba penerapan KTP elektronik atau E-KTP. Sebelum pelayanan publik satu ini menjadi telanjur semrawut dan indikasi garapan praktik pungli baru, senasib dengan pelayanan publik lain. SUDAH sepekan terakhir uji coba penerapan E-KTP di Kota Cirebon. Sebagai barang baru perbaikan pelayanan kepada masyarakat, perjalanannya tidak mulus. Di sana-sini masih beragam kendala, baik secara teknis maupun respons publik pada layanan ini. Di Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon misalnya, kendala lebih pada kondisi orangnya atau pemohon E-KTP. Saat dilakukan sidik iris mata, terbilang sering gagal. Karena itu, harus dilakukan berulang-ulang sampai berhasil. Bukan karena alatnya, melainkan kondisi mata masing-masing, harus terbuka lebar saat akan disidik. “Ada yang matanya sipit (kurang terbuka lebar, red), waktu disidik iris gagal terus sampai 4 kali. Lalu baru berhasil setelah dibantu petugas,” kata Camat Harjamukti Suwarso Budi Winarno, Rabu (19/10). Budi mengatakan, saat layanan diuji coba, masyarakat terlihat antusias. Pihak kecamatan memilih mengundang warga, agar datang tidak berbondong-bondong. Dalam sehari rata-rata pelayanan diberikan kepada 170 orang. Mereka berasal dari pengurus PKK, RW, karyawan di lingkungan Kecamatan Harjamukti, dan pegawai-pegawai puskesmas. “Sehari rata-rata pendaftar 170 orang, ada dari PKK RW, kita atur antreannya. Dua jam untuk melayani 20 orang, sehingga tidak terjadi penumpukan,” terangnya ditemui di kecamatan. Pemandangan tertib di Kecamatan Harjamukti tidak terasa di Kecamatan Kesambi. Pelayanan diberikan di rumah dinas camat, samping kantor kecamatan. Terlihat berjubel warga ingin mendapatkan layanan E-KTP. Suasananya sudah seperti berebut sembako. Sedikit saja terjadi kendala proses pelayanan, orang seisi ruangan langsung mengomentari persoalan yang sama. “Mestinya daftar diurut abjad, biar cepat keliatan, atau pendaftaran berdasarkan kelurahan, bukan seperti ini. Kalau ini lima kelurahan numpuk. Saat ada yang komplain, petugas pendaftaran harus buka lagi satu-satu diperiksa identitas pemohonnya kan lama jadinya,” jelas Cecep Supriatna (52), warga RW 02 Karang Anyar Kesambi. Ia mengaku antre dari pukul 08.00 WIB, sampai pukul 11.00 WIB belum juga mendapat panggilan proses E-KTP. “Saya ngantre dari pukul 08.00, sekarang pukul 11.00 belum dipanggil-panggil. Ini kan jadi ribet,” ucapnya yang mengaku sudah izin meninggalkan pekerjaan demi mendapat layanan E-KTP, diiyakan Asep Sahyana (30), warga Gg Tampomas RT 04 Kesambi, Kecamatan Kesambi. Sementara Ulfi Sukarelawan (47), warga RW 04, Langensari Baru, Kelurahan Kesambi mengatakan, sebelum E-KTP, pelayanan pembuatan KTP justru lebih cepat. “Berbeda ini agak lama. Mungkin ada sidik jari, mata. Dulu kan pengantar, foto sudah. Jadi dua bulan. Sekarang jadi juga dua bulan,” paparnya. Ulfi melihat, sekalipun pelayanannya sudah secara elektronik, namun indikasi koneksi masih terasa. Ada yang merasa kenal dekat dengan oknum pegawai, kemudian pelayanannya didahulukan ketimbang warga lain yang sudah antre lama. “Itu merugikan yang ngantre sebetulnya. Padahal semua ya harus antre sama,” ucapnya. ADA DATA WARGA DAN NIK YANG TIDAK SINKRON Di Kecamatan Lemahwungkuk, terjadi antrean warga yang ingin membuat E-KTP, Rabu (19/10). Camat Lemahwungkuk, Andi Armawan mengatakan, banyaknya warga yang datang untuk membuat program E-KTP karena adanya kesalahan informasi yang diterima warga yang menganggap bahwa program E-KTP hanya akan dilakukan dalam beberapa hari saja. Selain itu, mulai Rabu (19/10) program E-KTP sudah online seperti yang dijanjikan pihak konsorsium yakni PT Sucofindo. “Hingga saat ini, sebenarnya kami belum membuat surat undangan kepada warga karena yang akan membuat undangan untuk pembuatan E-KTP adalah dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Disdukcapil), bukan dari kecamatan. Untuk sementara, informasi mengenai E-KTP hanya dari mulut ke mulut,” jelas dia kepada Radar, kemarin (19/10). Meski dua set peralatan E-KTP di Kecamatan Lemahwungkuk bisa dipakai semua dan dilengkapi 4 orang operator dan 1 pendamping dari konsorsium, tetapi jumlah warga yang bisa dilayani dalam program E-KTP dalam satu hari kurang lebih 150 orang. Dengan jumlah kemampuan dan batas waktu yang ada, diperkirakan hingga akhir Desember, warga Kecamatan Lemahwungkuk yang dilayani E-KTP kurang lebih 12 ribu dari 30 orang yang wajib KTP. “Sebab, dalam pembuatan E-KTP cukup memakan waktu seperti untuk melakukan sidik jari, jari tangan harus bersih agar bisa terbaca dengan komputer. Kalau tidak bersih, harus dicuci begitu juga dengan pengambilan sidik mata yang cukup lama, khususnya bagi warga yang sudah lanjut usia,” tandasnya. Andi menyatakan, dalam pelaksanaan E-KTP pada hari Rabu (19/10) juga ditemukan adanya data yang tidak sama antara nomor induk kependudukan (NIK) dengan domisili. Sebab, ada warga yang beralamatkan di Kelurahan Panjunan, tetapi data NIK-nya ada di Kelurahan Lemahwungkuk. “Hari ini (kemarin, red), ada 5 warga yang data dan NIK-nya tidak klop, sehingga untuk sementara, kelima warga tersebut meninggalkan fotokopi KTP yang lama dan akan dilaporkan kepada Disdukcapil. Dengan adanya kejadian tersebut, kami meminta agar di masing-masing kecamatan ditempatkan pegawai dari Disdukcapil agar bisa langsung berkonsultasi bila ada persoalan terjadinya perbedaan antara data dan NIK yang ada,” papar dia. Terpisah, Kepala Disdukcapil, Sutisna SH menjelaskan, sesuai dengan keinginan dari wali kota, bahwa program E-KTP akan di-launching pada tanggal 24 Oktober 2011 mendatang. “Saat ini, seluruh kecamatan sudah online dan tersambung dengan kementerian dalam negeri,” ujar dia. Bahkan dari hasil rapat E-KTP terakhir di Jakarta, bila ada kerusakan peralatan E-KTP, maka akan diganti pada tanggal 5-12 November 2011 mendatang. Sedangkan saat ini, seluruh peralatan E-KTP yang ada di masing-masing kecamatan sudah bisa digunakan. “Untuk Kecamatan Kejaksan, salah satu kecamatan yang awalnya masih ada satu set alat yang belum bisa digunakan, akhirnya sudah bisa digunakan setelah diperbaiki,” tuturnya. Mantan staf ahli wali kota ini mengungkapkan, dengan sisa waktu yang ada, maka dirinya pesimis E-KTP bisa selesai pada tahun 2011 ini. Sehingga, dia memprediksi hingga akhir Desember hanya akan mampu melayani sekitar 100 ribu warga dari 260 warga wajib KTP. “Saat ini kami baru membuat undangan bagi warga untuk membuat E-KTP di masing-masing kecamatan,” tukas Sutisna. (SUHENDRIK/IMAM BUKHORI)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: